Thursday, March 5, 2020

PINDAH KE MANGA TOON / NOVEL TOON

Saya memindahkan KPPL ke Manga Toon/ Novel Toon. Baca di sana tetap gratis kok. Tapi lumayan bagi saya bisa mendapat penghasilan tambahan yang cukup berarti. Bagi pembaca yang tertarik, bisa menginstal aplikasi "Novel Toon" dari Playstore nya. Lalu cukup search "Kisah Para Penggetar Langit"

Ada banyak sekali novel dan komik menarik di sana. Dan saya akan menamatkan semua certa KPPL di sana.

Ini alamat untuk KPPL: https://mangatoon.mobi/id/detail/68502/episodes

Saya haturkan terima kasih banyak untuk para pembaca blog ini, dan pencinta KPPL sekalian. Mohon dukungannya selalu.

Wednesday, February 5, 2020

SUKMA HARUM

Para pembaca yang budiman,

Berhubung masih ada kesulitan ide dan jalan cerita, saya memutuskan untuk menulis cerita silat yang lain, sekedar agar saya bisa refreshing dari kisah perjalanan hidup Cio San yang cukup "ruwet". semoga dengan cara ini, saya bisa menemukan ide cerita yang lebih cemerlang dan lebih mengasyikan, dan meramunya untuk para pembaca sekalian, agar trilogy Penggetar Langit ini dapat ditutup dengan sempurna.

Oke, penasaran dengan novel saya yang baru, para pembaca sekalian bisa menginstal aplikasi Manga Toon, atau Novel Toon. Gratis kok di Playstore. Juga aman dan sangat nyaman. Ada banyak cerita dan novel di sana.

Ini sekilas cerita tentang Petualangan Sukma Harum:

Sukma Harum adalah nama julukan seorang "manusia sempurna". Ia tampan, keturunan pangeran Pajajaran yang kaya raya, sangat cerdas, anggun, tenang, lembut dan punya ilmu silat yang sangat tinggi. 

Jika ada permasalahan di dunia persilatan, maka orang pasti mencarinya untuk meminta bantuannya. Tak ada yang mengetahui, ia memiliki sebuah cacat bawaan sejak kecil. 

Ia jarang sekali menggunakan ilmu silatnya yang tinggi, karena biasanya ia dapat memecahkan berbagai macam persoalan hanya dengan mengunakan kecerdasan, ketenangan dan kemampuan mengamati. 

Senjata andalannya adalah sebuah Kujang yang tak pernah luput dari sasarannya. Hidupnya selalu dikelilingi wanita cantik, dan juga bahaya-bahaya besar yang senantiasa menantinya. Dendam, intrik, ketamakan, dan nafsu kekuasaan manusia, adalah bayang-bayang yang seringkali mengintainya dibalik kegelapan. 

LINK: https://mangatoon.mobi/id/detail/68962


Oh ya, cerita dan karakter dalam kisah ini memang sangat terpengaruh ole suhu Khu Lung karena Sukma Harum memang adalah sebuah surat cinta saya untuk karya-karya beliau yang sangat menginspirasi.

Selamat membaca!




Monday, January 5, 2015

Order versi cetak KPPL



(KPPL) episode 1" sudah bisa diorder. Terdiri dari 4 jilid. Satu jilid harganya Rp 100.000. Jika pesan satu set (1-4) harga dikorting menjadi Rp.375.000.

Untuk teknis pengiriman dan transfer bisa email ke: normannuno@gmail.com. Thanks guys!

SINOPSIS:

Kisah Para Penggetar Langit adalah sebuah novel detektif/misteri yang berlatar belakang kehidupan para pendekar tionghoa di masa-masa dinasti Ming. Rahasia-rahasia, misteri, cinta, persahabatan dan perjalanan hidup tokoh-tokoh di dalamnya adalah inti utama dari kisah ini.

Cerita ini sendiri berkisah tentang seorang anak yang lemah dan sakit-sakitan yang bernama Cio San. Ia kehilangan kedua orang tuanya sejak ia masih kecil. Mereka terbunuh saat sedang dalam pelarian. Orang tua Cio San ini ternyata mengetahui sebuah rahasia besar yang membuat mereka akhirnya terbunuh. Bahkan kakek Cio San dan seisi penghuni rumah kakeknya itu pun tewas.

Cio San kemudian diangkat menjadi murid sebuah perguruan besar. Ia yang lahir secara prematur, dianggap tidak memiliki bakat untuk mempelajari ilmu silat, bahkan menjadi bahan tertawaan di perguruan itu. Terdapat rahasia besar pula di dalam perguruan itu yang membuat gurunya tewas menggenaskan. Bahkan hal ini menyebabkan Cio San menjadi tertuduhnya. Untunglah dengan bantuan seorang juru masak, Cio San berhasil melarikan diri dan mempelajari sebuah ilmu yang hebat. Saat keluar dari persembunyiannya, Cio San bertekad untuk memecahkan rahasia besar yang telah mengakibatkan orang-orang yang dicintainya terbunuh secara misterius.

Dalam petualangannya, ia bertemu dengan orang-orang unik yang kemudian menjadi sahabat baiknya. Cukat Tong, sang raja maling yang memiliki kemampuan mencuri apa saja dan di mana saja, serta Suma Sun, sang dewa pedang yang sikapnya dingin dan angkuh. Cio San bahkan secara tidak sengaja diangkat menjadi ketua dua perkumpulan paling besar di dunia persilatan.

Bersama dengan sahabat-sahabatnya yang unik, ia mengarungi petualangan di dunia persilatan yang keras, penuh intrik, penuh tantangan, dan penuh tipu daya. Hanya dengan mengandalkan akalnya yang cerdas, serta memanfaatkan segala kemampuan yang ada, barulah Cio San berhasil memecahkan sebuah misteri besar yang terjadi di dalam dunia persilatan.

Walaupun novel ini berlatarkan silat, namun penekanan novel ini berada pada intrik-intrik, dan tema-tema yang lebih luas seperti cinta dan persahabatan. Titik berat cerita ini sebenarnya lebih menekankan pada pemecahan misteri yang menarik, serta pemecahannya yang logis dan memuaskan.

Saturday, December 20, 2014

Tentang Empress Gi

Bwee Hua tua memiliki latar belakang yang saya cocokkan dengan sejarah, padahal dia tokoh fiktif. Hehe. Di KPPL, latar belakang aslinya adalah Empress Gi, atau Permaisuri Ki yang merupakan tokoh yang beneran ada. Para pembaca bisa membaca kisah hidupnya di sini: http://en.wikipedia.org/wiki/Empress_Gi



Sebuah serial TV korea juga sudah mengangkat kisah hidupnya ke layar kaca. Sayang ceritanya sangat menyimpang dan tokoh ini dibuat sangat simpatik, sehingga menyebabkan banyak perdebatan di korea sendiri. Bisa liat clipnya disini: 



Monday, December 19, 2011

PRAKATA


Iseng banget ya bikin cerita silat. Tapi saya udah suka ama cerita silat sejak masih kecil. Mulai dari video VHS, ama buku saku kecil yang disebut orang “Kho Ping Hoo”. Padahal salah kaprah banget, Kho Ping Hoo itu nama salah seorang penulis cerita silat.

Awal mula punya ide untuk menulis cerita silat, adalah ketika saya tahu nenek saya dari pihak ibu, adalah orang cina asli. Marganya Tjio [dalam Ejaan Yang Disempurnakan: Cio]. Seru juga. Dari ibu saya, saya baru tahu lagi kalo nama buyut saya adalah Abdullah Tjio. Dia seorang keturunan Cina muslim. Saya kemudian tertarik untuk mempelajari asal-usul silsilah keluarga saya. Siapa tahu buyut saya itu adalah jagoan Baijiquan [nama salah satu cabang bela diri kungfu yang awalnya hanya dipelajari komunitas Cina muslim]. Iseng-iseng saya browsing di internet, gak nemu juga keturunan Cina lain yang marganya Tjio juga. Adanya cuma Tjio Wie Tay, beliau ini salah satu tokoh keturunan Cina yang berjasa juga bagi Indonesia. Hmmm, siapa tahu, aku ada hubungan saudara dengan beliau.

Dari asal-usul inilah, saya jadi mengkhayal. Siapa tahu nenek moyang saya dulu di Cina adalah tokoh-tokoh silat super sakti dan keren. Punya ilmu meringankan tubuh kelas atas, pukulan sakti maha dahsyat, dan lain-lain. Akhirnya lahirlah seorang tokoh fiktif dalam benak saya yang saya namain Cio San.

Saya gak tau cerita silat yang saya buat ini bakalan kayak gimana. Semua mengalir saja. Menulis cerita ini pun pada saat saya membuat blog ini. Jadi iseng-iseng aja. Tapi walaupun iseng, saya tetap akan bertanggung jawab atas apa yang saya tulis. Entah ada yang mau baca atau tidak, saya tetap akan menghormati 'kontrak tidak tertulis' antara pengarang dan pembaca.

Sekedar informasi saja, cerita-cerita silat di Indonesia awalnya adalah terjemahan dari cerita silat pengarang China [dan Taiwan atau Hongkong]. Penjualan buku terjemahan ini termasuk fantastis di era tahun 70an, akhirnya merangsang pengarang lokal Indonesia untuk menulis cerita silatnya sendiri. Lahirlah legenda pengarang cersil bernama Kho Ping Hoo. Saking ngetopnya dia, hampir semua buku silat dinamaiin Kho Ping Hoo, padahal ada yang bukan karangannya. Ini sama dengan kebiasaan kita menyebut “Honda” untuk segala jenis sepeda motor.

Di Indonesia, penerjemahan buku silat ini masih mempertahankan idiom-idiom bahasa aslinya. Misalnya seperti nama orang, nama jurus, atau nama tempat dan lain-lain masih disebutkan dalam bahasa aslinya . Tapi berhubung orang-orang keturunan cina yang tinggal di Indonesia itu menggunakan dialek Hokkian, maka idiom-idiom yang digunakan juga menggunakan dialek Hokkian, dan bukan Mandarin sebagai dialek resmi China. Perlu diketahui, ada 3 dialek utama dalam bahasa China, yaitu Mandarin, Hokkian, dan Kanton. Jadi, walaupun seumpama huruf-hurufnya sama, cara bacanya agak berbeda, menurut dialek masing-masing.

Ambil contoh kata “Wo” yang dalam dialek Mandarin berarti saya, dalam dialek Hokkian berbunyi “Gua”. Atau kata “Jin” yang berarti emas, dalam dialek hokkian menjadi “Kim'. Begitulah. Hal ini menjadi membingungkan ketika banyak orang awam menganggap bahasa China itu cuma dialek Mandarin saja. Padahal di Indonesia, dialek yang umumnya digunakan adalah dialek Hokkian. Nama-nama orang pun masih menggunakan dialek Hokkian ini, seperti Kwik Kian Gie, Soe Hok Gie, dan lain-lain.

Karena itulah, saya juga tetap mempertahankan 'tradisi' ini dengan tetap menggunakan idiom-idiom Hokkian dalam cerita silat karangan saya. Contoh seperti kata “Thay-Kek Kun”, yang dalam mandarinnya disebut “Tai Chi Cuan”, dan lain-lain. Dalam perjalanan mempelajari dialek hokkian ini, saya malah menemukan banayk juga kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari dialek Hokkian, seperti “Gua/saya”, “Lauteng/Loteng”, “Lie Hay/Lihay”. Dan masih banyak lagi. Ternyata juga, dialek hokkian itu deket banget dengan bacaan Kanji cara Onyomi dari Jepang. Misalnya kata Hokkian “Kiam-Sian” itu hurufnya sama dengan kata Jepang “Ken Shin” yang artinya sama: Dewa Pedang. Seru kan?

Btw, Selain karena mempertahankan tradisi, ternyata memang membaca cerita silat itu lebih enak ketika kita menggunakan dialek Hokkian. Entah kenapa. Dulu di awal tahun 2000an sempat digalakkan lagi penerbitan cerita silat, namun kali ini menggunakan dialek Mandarin. Ternyata banyak pembaca yang protes, karena merasa kesan 'silat'nya hilang.

Ok, moga-moga ada yang mau baca. Karena ini adalah hal baru buat saya. Semoga hasilnya gak mengecewakan. Saya benar-benar membuka pintu kritik dan saran untuk penulisan ini. Karena bagi saya ini bukan sekedar iseng. Saya gak mau terlalu ge-er dengan mengganggap cersil karangan saya sebagai “titik kebangkitan cersil”, karena sungguh masih jauh banget. Tapi amat sangat menyenangkan jika kita menggalakkan lagi penulisan seperti ini oleh penulis-penulis muda. Karena terus terang, walau banyak yang mengganggap cersil sebagai sampah, saya menganggapnya sebagai KARYA SASTRA.